Hati Terdalam

Ketika itu saya duduk di sebelahnya sambil mendengarkan dia bercerita kecil. Entah kenapa, saya merasa bincang-bincang kami saat itu sangat dalam dan intim. Tak pernah saya melihat sorot mata yang sebegitu seriusnya. Tak pernah saya mendengar suara yang begitu berat keluar dari bibirnya. Seolah tercekat di kerongkongan, dia paksakan bicara. Dan dengan penuh rasa bangga, saya tahu sayalah satu-satunya yang dia pilih untuk menjadi lawan bicara.

Momentum sakral itu insyaAllah akan saya ingat selamanya. Dia memusatkan pandangannya pada saya kala itu. Dia genggam tangan saya. Dia mulai berbicara.

Saya tahu, ini isi hati terdalam yang pernah dia bagikan pada saya. Satu persatu ucapannya sangat tak terduga. Ternyata, baginya, keluarga adalah dunia yang penuh medan magnet, yang mampu menarik pikirannya terpusat hanya pada satu tema. Ya, yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana kami bisa bahagia: keluarganya.

Dengan suara hati yang sebegitu dalamnya tentang istrinya, tentang anak-anaknya, tentang masa depannya, tentang cita-citanya, tentang ketakutan-ketakutannya, tentang traumanya, tentang mimpi terbesarnya, saya menyimpulkan satu hal: bagi dia, keluarga adalah pusat medan magnet. Kemanapun dia pergi, kemanapun dia berlari, keluarga adalah tujuan utamanya.

Ternyata, Seorang lelaki perkasa ada kalanya terluka. Ia sesekali menunjukkan dirinya yang lemah di depan saya. Saya tahu dia butuh saya, bukan untuk membantu, hanya untuk memeluknya dan memastikan saya selalu di dekatnya. Setelah itu, dia akan siap berkelana lagi di dunia rimba.

Leave a comment